Ramadhan dan Momentum Pendidikan

Oleh : Syamsuwal Qomar

“Ada anak bertanya pada bapaknya, buat apa berlapar-lapar puasa ”. Sepetik lagu Bimbo kembali terdengar merdu,  menemani kita menjalani hari-hari berpuasa. Tanpa terasa sudah, lebih dua minggu Ramadhan berjalan mengajak umat muslim untuk mensucikan diri dan membasuh batin.

Ramadhan memang bulan yang mulia. Selain perintah untuk berpuasa, bulan ini juga memiliki banyak momen istimewa untuk diperingati, turunnya Al-Qur’an pada tanggal 17 kepada Nabi Muhammad SAW, serta di nisbahkannya malam seribu bulan pada setiap hitungan ganjilnya harinya.

Ramadhan ikut ditenggarai sebagai bulan untuk melatih kemampuan dan bertoleransi terhadap sesama, maka tak salah jika bulan ini sering dikaitkan dengan pendidikan, baik itu untuk individu maupun umat secara keseluruhan demi membina mental dan perilaku.

Bulannya mendidik diri, sering kita mendengar istilah ini di perdengarkan. Pada kenyataannya memang tak berlebihan, banyak nilai-nilai pendidikan yang bisa dipetik di bulan Ramadhan, kemampuan untuk lebih mendewasakan diri dan merasakan banyak pengalaman yang langka tersentuh batin.

Pengertian dan Tujuan Pendidikan

Mengupas masalah pendidikan itu sendiri, Langeveld dan Dewey punya pengertian tentang makna pendidikan secara umum, berbeda dengan pengajaran yang mempunyai pengertian lebih sempit.

Pendidikan adalah usaha mempengaruhi, melindungi serta memberikan bantuan demi mencapai kedewasaan dan kemandirian, tak dipungkiri, juga memerlukan pengalaman di dalamnya.

Peran pengalaman ini justru yang paling vital, karena tanpa pengalaman sulit rasanya untuk bisa lebih mandiri dan dewasa. Begitu juga untuk mempengaruhi, melindungi dan memberi bantuan, semua itu hanya akan terjadi bila kita mau belajar dari pengalaman.

Semenjak itulah, banyak orang beranggapan kalau pengalaman adalah guru yang terbaik. Dan pastinya, untuk mencapai suatu tujuan pendidikan, juga diperlukan pengalaman yang tidak sedikit sehingga mampu menjadi dewasa.

Kedewasaan –tujuan dari pendidikan, menurut Crow, dimaknai baru berhasil dicapai apabila seseorang atau peserta didik sudah memiliki sifat kestabilan dan kemantapan, tanggung jawab dan mandiri. Bila ini berhasil terwujud, barulah seorang individu bisa digolongkan sebagai pribadi yang dewasa.

Didalam bulan Ramadhan, sering kita temui pesan-pesan tuhan yang tersembunyi yang semuanya ditujukan untuk mendidik dan memberi pelajaran kepada manusia. Baik itu berupa perintah maupun larangan. Agar manusia mau mencari ilmu dan bertenggang rasa.

Contohnya, turun ayat yang bermuatan “Iqra” pada bulan Ramadhan, bertujuan agar manusia belajar dan memperbanyak membaca. Karena lewat membaca, kita bisa mengerti ilmu pengetahuan, bisa belajar otodidak tentang banyak hal hingga akhirnya menemukan bidang yang disukai.

Didalam ibadah puasa juga, umat muslim diperintahkan untuk menahan lapar dan haus sepanjang hari. Demi  bertujuan untuk mendidik rasa tenggang rasa terhadap orang-orang yang tidak berkemampuan, mereka yang tidak mampu membeli makanan, bahkan minuman, karena tidak memiliki harta.

Sebenarnya inti dari ibadah tersebut terbilang cukup sederhana. Yang paling mudah ditangkap adalah, anjuran atau pendidikan untuk saling berbagi satu sama lainnya.

Perintah untuk membaca, lebih condong kepada perintah untuk mempelajari banyak ilmu melalui bacaan. Agar nantinya mereka yang membaca bisa saling berbagi dan mendiskusikan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari, baik itu melalui pembicaraan maupun tulisan.

Puasa dan zakat juga mengandung makna untuk saling berbagi. Merasakan susahnya lapar dan dahaga bagi orang yang berkecukupan, agar mengerti bagaimana penderitaan orang-orang yang tidak berkemampuan.

Inti dari saling berbagi ini pula yang kemudian berubah menjadi proses menuju pendewasaan diri. Melalui saling berbagi, harapannya kita bisa mempengaruhi orang lain untuk berbuat baik, saling melindungi dan pastinya, memberi bantuan satu dengan lainnya.

Melalui pengalaman menahan lapar dan haus yang terasa menyiksa, Ramadhan ikut mendidik untuk mengerti penderitaan orang lain agar diri menjadi lebih dewasa, mampu lebih bertanggung jawab dan lebih mandiri di dalam kehidupan sosial.

Tak salah bila akhirnya banyak yang beranggapan, bulan Ramadhan juga disebut sebagai bulan melatih diri untuk persiapan menghadapi bulan-bulan berikutnya.

Karena di bulan ini, konon seorang muslim akan membakar dosanya dan terlahir seperti bayi bila mampu menjalani ibadahnya dengan patuh dan ikhlas. Sebagaimana seorang terdidik yang mampu mencapai kedewasaan dan memerlukannya untuk menghadapi kehidupan selanjutnya, yang penuh halangan dan tantangan . 

 P*S : Selamat Menunaikan Ibadah Puasa
 
  
 
 
 

2 thoughts on “Ramadhan dan Momentum Pendidikan

Add yours

Leave a reply to Hanna Cancel reply

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑